Kamis, 15 Oktober 2015

naskah dharma wacana



TRI KAYA PARISUDHA
Om Swastyastu,
Om Awighnam Astu Namo Sidham,
Om Anobaddrah krattavoyantu wiswatah,
( Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru )
            Pertama-tama, marilah kita menghaturkan puja astungkara kepada Ida sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa, karena atas asungkerta waranugrahaNya pada hari ini kita semua dapat melaksanakan kegiatan Lomba Temu Karya Ilmiah khususnya dalam bidang dharma wacana ini dengan keadaan yang tidak kurang suatu apapun.
            Kedua, tidak lupa kita juga patut menghaturkan puji astuti bakti kepada para Maha Rsi, Empu, dan para pujangga serta kepada para leluhur, yang telah memberikan jalan dan tuntunan sucinya kepada kita semua sehingga dengan bekal itu semoga kita dapat mencapai Jagadhita dan Moksa. 
            Hadirin umat sedharma yang berbahagia,
            Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan Dharma Wacana atau wacana suci tentang ajaran agama Hindu yakni dengan tema TRI KAYA PARISUDHA.
            Hadirin umat sedharma yang berbahagia,
            Di zaman modern saat ini telah banyak dikembangkan teknologi-teknologi yang bisa kita bilang sangat canggih serta ramah lingkungan, tetapi itu akan tidak bisa disebut sebagai tehnologi ramah lingkungan jika kecanggihan itu disalah gunakan oleh manusia itu sendiri.  Perlu kita ketahui bahwa, sebenarnya di Hindu sudah jauh lebih dulu mengenal tehnologi tersebut, hanya saja dikemas dalam kemasan yang berbeda. Contohnya dizaman sekarang kita mengenal dengan adanya internet, dalam internet itu banyak sekali situs-situs yang menarik perhatian kita, bahkan ada juga orang yang hilang gara-gara situs itu, peristiwa ini sebenarnya mirip dengan kejadian yang ada dalam cerita Itihasa yakni dalam Ramayana, yaitu adanya pusaka yang namanya pusaka Cupu Manik Astagina milik Dewa Surya. Yang mana dalam pusaka ini kita juga bisa melihat seluruh isi dunia ini hanya dengan membuka tutup pusaka itu. Namun hal ini juga mengakibatkan bencana bagi manusia.
            Hadirin umat sedharma yang berbahagia,
            Sebenarnya kejadian semacam itu tidak akan terjadi jika kita sebagai umat manusia selalau berpedoman kepada ajaran suci Weda. Dan didalam ajaran agama Hindu kita telah diajarkan tantang pedoman suci untuk menjalani kehidupan ini, yaitu Tri Kaya Parisudha yang artinya tiga perbuatan yang benar atau yang disucikan. Bagian dari Tri Kaya Parisudha ini adalah pertama, Manacika Parisudha yang artinya berpikir yang suci atau yang benar, kedua, Wacika Parisudha yang artinya berkata yang benar, dan ketiga Kayika Parisudha yang artinya berbuat yang benar. Maksud berpikir, berkata, dan berbuat yang benar ini dianggap benar jika selalu mengacu pada pandangan Dharma (kebenaran).
            Hadirin umat sedharma yang berbahagia,
            Untuk lebih jelasnya saya akan menguraikan bagian-bagian dari Tri Kaya Parusudha ini. Yang pertama adalah Manacika Parisudha. Manacika Parisudha artinya adalah berpikir yang suci atau yang benar. Kita sebagai umat Hindu dengan adanya pedoman hidup ini diharapkan mampu menjaga kesucian pikiran kita yakni dengan ajaran dharma itu sendiri, sebab ada pepatah lama mengatakan “dari telaga yang jernih mengalirlah air yang jernih pula”, maksudnya adalah jika pikiran kita suci atau bijaksana maka perkataan dan perbuatan yang akan kita lakukan pasti akan sejalan pula hal ini juga dijelaskan dalam sastra suci hindu yakni didalam Sarasamuccaya sloka 79 yang berbunyi sebagai berikut :
“Manasa nicayam krtva tato vaca vidhiyate,
Karmana pascat pradhanam vai manastatah.”
Artinya “pikiranlah yang merupakan unsur yang menentukan, jika penentuan perasaan hati sudah terjadi, maka mulailah orang berkata, atau melakukan perbuatan, oleh karena itu pikiranlah yang menjadi pokok sumbernya”.
            Hadirin umat sedharma yang berbahagia,
            Jadi sloka tersebut mengandung makna bahwa semua yang kita lakukan adalah bersumber dari pikiran kita jika kita mau disebut sebagai orang yang bijaksana maka kita harus bisa menjaga pikiran kita dari godaan Sad Ripu dan lain sebagainya. Jadi itulah makna dari manacika parisudha itu sendiri.
            Hadirin umat sedharma yang berbahagia,
            Selanjutnya bagian  Tri Kaya Parisudha yang kedua adalah Wacika Parisudha. Wacika Parisudha artinya berkata yang benar atau yang disucikan. Kita sebagai umat manusia yang sudah dibekali akal pikiran harus selalu berusaha menjaga perkataan kita itu. Sebab jika perkataan itu kalau tidak terkontrol pasti akan dapat menimbulkan bencana baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Contoh kasus nyata yang mungkin masih sangat kita ingat sampai sekarang yakni gara-gara banyaknya beredar isu-isu yang tidak jelas kebenaranya menyebabkan terjadinya bentrokan bahkan menyangkut tentang sara yaitu pasti kita tahu tentang kerusuhan yang pernah terjadi di Lampung dan Sumbawa serta banyak lagi daerah yang lainya. Kasus itu sebenarnya bermula karena banyaknya berita yang belum tentu kebenaranya, oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab telah memecah belah keharmonisan bangsa ini dengan jalan memprovokasi kita semua. Maka dari itu saya mengajak semuanya, mari kita jaga ucapan kita jangan sembarangan dalam berucap sebab ada pepatah mengatakan “mulutmu harimau mu” yang bisa-bisa akan mencelakakan diri kita dan orang banyak. Berkenaan dengan itu didalam kitab Nitisastra sargah V.3 menyebutkan sebagai berikut :
            “Wasita nimittanta manemu laksmi,
            Wasita nimittanta pati kapangguh,
            Wasita nimittanta manemu duhka,
            Wasita nimittanta manemu mitra”.
Artinya:
Dengan perkataan engkau akan mendapatkan bahagia,
Dengan perkataan engkau akan menemui kematian,
Dengan perkataan engkau mendapat kesengsaraan,
Dengan perkataan engkau akan mendapatkan teman.
            Hadirin umat sedharma yang berbahagia,
            Jadi makna yang terkandung dari sloka yang diatas adalah perkataan itu adalah bagaikan sabetan pedang, dan perkataan itu adalah ibarat tinta yang artinya apa yang kita ucapkan pasti akan menimbulkan bekas atau akibat, oleh karena itu marilah kita jaga ucapan kita untuk menumbuhkan keharmonisan diantara kita.
            Hadirin umat sedharma yang berbahagia,
            Setelah kita berbicara tentang pikiran dan perkataan yang baik marilah kita lanjutkan dengan bagian Tri Kaya Parisudha yang ketiga yaitu Kayika Parisudha. Kayika Parirudha artinya adalah berbuat yang benar atau yang disucikan. Dalam kehidupan ini kita mengenal antara perbuatan yang kita disadari dan perbuatan yang tidak kita sadari. Kedua perbuatan ini  tantunya pernah kita lakukan.
            Hadirin umat sedharma yang berbahagia,
            Yang mana perbuatan itu dikatakan disadari apabila perbuatan yang kita lakukan itu telah terkontrol oleh pikiran itu sendiri. Maksudnya perbuatan itu kita lakukan dengan dibawah kesadaran kita, dan kita sudah mempertimbangkan perbuatan itu sebelumnya. Sedangkan perbuatan yang tidak kita sadari maksudnya adalah perbuatan yang berada diluar pertimbangan atau kesadaran kita. Contohnya jika kita bebicara dengan seorang Pedanda bahasa yang kita gunakan adalah bahasa yang sesuai dengan Pedanda. Namun jika kita tidak mengerti tentang etika itu mungkin secara tidak sadar kata-kata atau perbuatan kita akan menyalahi aturan dan hal itu akan memalukan diri kita sendiri. Dalam ajaran agama hindu kita telah diajarkan tentang susila, oleh sebab itu perbuatan kita haruslah bercermin pada tata susila atau etika yang ada dan berkembang saat ini. Dengan kita mematuhi tatanan susila yang ada maka kehidupan yang harmonis akan kita dapatkan. Karena perbuatan itu adalah implementasi dari pikiran dan ucapan maka kita wajib dan harus selalu berusaha untuk mengontrol semua tingkah laku kita. Marilah kita menjadi orang “Dhira” atau orang yang berilmu dan berbudi pekerti yang dapat menguasai pikiran perkataan maupun perbuatan.
            Hadirin umat sedharma yang berbahagia,
            Implementasi dari ajaran Tri Kaya Parisudha selalu berpayung pada wiweka, yaitu kemampuan untuk menimbang dan membedakan antara perbuatan yang baik dengan yang buruk serta antara perbuatan yang salah dengan perbuatan yang benar. Karena tidak semua perbuatan baik itu itu benar, dan sebaliknya tidak semua perbuatan yang buruk itu salah. Contohnya bernyanyi dengan suara yang indah dan nyaring adalah baik untuk menghibur namun perbuatan itu bisa menjadi salah ketika pada saat itu tetangga kita sedang sakit parah dan suara kita mengganggunya. Jadi dengan demikian pikiran, perkataan dan perbuatan kita harus benar-benar dikendalikan dan harus bisa menyesuaikan tempat dan situasinya.
            Hadirin umat sedharma yang berbahagia,
            Dari uraian yang telah saya sampaikan, maka dapat kita simpulkan bahwa apa yang kita perbuat pasti membawa hasil itu buruk maupun baik. Bahkan berpikirpun kita akan membawa hasil. Maka dari itu kita harus menguasai pikiran, perkataan dan perbuatan kita berdasarkan dharma atau kebenaran jangan sebaliknya, pikiran atau sad ripu yang menguasai kita. Dengan menguasai dan menanamkan pedoman hidup ini dalam lubuk hati maka awighnam astu kita akan selalu memperoleh kebahagiaan dan kita akan menjadi manusia yang bijaksana.
            Hadirin umat sedharma yang berbahagia,
            Demikianlah yang dapat saya sampaikan, jika ada kurang lebihnya saya sebagai manusia biasa sepatutnya memohon maaf yang sebesar-besarnya. Akhirnya saya haturkan puja parama santi Om Santih Santih Santih Om (semoga damai di hati di dunia dan damai selalu).      
               
                         

naskah dharma wacana



TRI KAYA PARISUDHA
Om Swastyastu,
Om Awighnam Astu Namo Sidham,
Om Anobaddrah krattavoyantu wiswatah,
( Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru )
            Pertama-tama, marilah kita menghaturkan puja astungkara kepada Ida sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa, karena atas asungkerta waranugrahaNya pada hari ini kita semua dapat melaksanakan kegiatan Lomba Temu Karya Ilmiah khususnya dalam bidang dharma wacana ini dengan keadaan yang tidak kurang suatu apapun.
            Kedua, tidak lupa kita juga patut menghaturkan puji astuti bakti kepada para Maha Rsi, Empu, dan para pujangga serta kepada para leluhur, yang telah memberikan jalan dan tuntunan sucinya kepada kita semua sehingga dengan bekal itu semoga kita dapat mencapai Jagadhita dan Moksa. 
            Hadirin umat sedharma yang berbahagia,
            Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan Dharma Wacana atau wacana suci tentang ajaran agama Hindu yakni dengan tema TRI KAYA PARISUDHA.
            Hadirin umat sedharma yang berbahagia,
            Di zaman modern saat ini telah banyak dikembangkan teknologi-teknologi yang bisa kita bilang sangat canggih serta ramah lingkungan, tetapi itu akan tidak bisa disebut sebagai tehnologi ramah lingkungan jika kecanggihan itu disalah gunakan oleh manusia itu sendiri.  Perlu kita ketahui bahwa, sebenarnya di Hindu sudah jauh lebih dulu mengenal tehnologi tersebut, hanya saja dikemas dalam kemasan yang berbeda. Contohnya dizaman sekarang kita mengenal dengan adanya internet, dalam internet itu banyak sekali situs-situs yang menarik perhatian kita, bahkan ada juga orang yang hilang gara-gara situs itu, peristiwa ini sebenarnya mirip dengan kejadian yang ada dalam cerita Itihasa yakni dalam Ramayana, yaitu adanya pusaka yang namanya pusaka Cupu Manik Astagina milik Dewa Surya. Yang mana dalam pusaka ini kita juga bisa melihat seluruh isi dunia ini hanya dengan membuka tutup pusaka itu. Namun hal ini juga mengakibatkan bencana bagi manusia.
            Hadirin umat sedharma yang berbahagia,
            Sebenarnya kejadian semacam itu tidak akan terjadi jika kita sebagai umat manusia selalau berpedoman kepada ajaran suci Weda. Dan didalam ajaran agama Hindu kita telah diajarkan tantang pedoman suci untuk menjalani kehidupan ini, yaitu Tri Kaya Parisudha yang artinya tiga perbuatan yang benar atau yang disucikan. Bagian dari Tri Kaya Parisudha ini adalah pertama, Manacika Parisudha yang artinya berpikir yang suci atau yang benar, kedua, Wacika Parisudha yang artinya berkata yang benar, dan ketiga Kayika Parisudha yang artinya berbuat yang benar. Maksud berpikir, berkata, dan berbuat yang benar ini dianggap benar jika selalu mengacu pada pandangan Dharma (kebenaran).
            Hadirin umat sedharma yang berbahagia,
            Untuk lebih jelasnya saya akan menguraikan bagian-bagian dari Tri Kaya Parusudha ini. Yang pertama adalah Manacika Parisudha. Manacika Parisudha artinya adalah berpikir yang suci atau yang benar. Kita sebagai umat Hindu dengan adanya pedoman hidup ini diharapkan mampu menjaga kesucian pikiran kita yakni dengan ajaran dharma itu sendiri, sebab ada pepatah lama mengatakan “dari telaga yang jernih mengalirlah air yang jernih pula”, maksudnya adalah jika pikiran kita suci atau bijaksana maka perkataan dan perbuatan yang akan kita lakukan pasti akan sejalan pula hal ini juga dijelaskan dalam sastra suci hindu yakni didalam Sarasamuccaya sloka 79 yang berbunyi sebagai berikut :
“Manasa nicayam krtva tato vaca vidhiyate,
Karmana pascat pradhanam vai manastatah.”
Artinya “pikiranlah yang merupakan unsur yang menentukan, jika penentuan perasaan hati sudah terjadi, maka mulailah orang berkata, atau melakukan perbuatan, oleh karena itu pikiranlah yang menjadi pokok sumbernya”.
            Hadirin umat sedharma yang berbahagia,
            Jadi sloka tersebut mengandung makna bahwa semua yang kita lakukan adalah bersumber dari pikiran kita jika kita mau disebut sebagai orang yang bijaksana maka kita harus bisa menjaga pikiran kita dari godaan Sad Ripu dan lain sebagainya. Jadi itulah makna dari manacika parisudha itu sendiri.
            Hadirin umat sedharma yang berbahagia,
            Selanjutnya bagian  Tri Kaya Parisudha yang kedua adalah Wacika Parisudha. Wacika Parisudha artinya berkata yang benar atau yang disucikan. Kita sebagai umat manusia yang sudah dibekali akal pikiran harus selalu berusaha menjaga perkataan kita itu. Sebab jika perkataan itu kalau tidak terkontrol pasti akan dapat menimbulkan bencana baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Contoh kasus nyata yang mungkin masih sangat kita ingat sampai sekarang yakni gara-gara banyaknya beredar isu-isu yang tidak jelas kebenaranya menyebabkan terjadinya bentrokan bahkan menyangkut tentang sara yaitu pasti kita tahu tentang kerusuhan yang pernah terjadi di Lampung dan Sumbawa serta banyak lagi daerah yang lainya. Kasus itu sebenarnya bermula karena banyaknya berita yang belum tentu kebenaranya, oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab telah memecah belah keharmonisan bangsa ini dengan jalan memprovokasi kita semua. Maka dari itu saya mengajak semuanya, mari kita jaga ucapan kita jangan sembarangan dalam berucap sebab ada pepatah mengatakan “mulutmu harimau mu” yang bisa-bisa akan mencelakakan diri kita dan orang banyak. Berkenaan dengan itu didalam kitab Nitisastra sargah V.3 menyebutkan sebagai berikut :
            “Wasita nimittanta manemu laksmi,
            Wasita nimittanta pati kapangguh,
            Wasita nimittanta manemu duhka,
            Wasita nimittanta manemu mitra”.
Artinya:
Dengan perkataan engkau akan mendapatkan bahagia,
Dengan perkataan engkau akan menemui kematian,
Dengan perkataan engkau mendapat kesengsaraan,
Dengan perkataan engkau akan mendapatkan teman.
            Hadirin umat sedharma yang berbahagia,
            Jadi makna yang terkandung dari sloka yang diatas adalah perkataan itu adalah bagaikan sabetan pedang, dan perkataan itu adalah ibarat tinta yang artinya apa yang kita ucapkan pasti akan menimbulkan bekas atau akibat, oleh karena itu marilah kita jaga ucapan kita untuk menumbuhkan keharmonisan diantara kita.
            Hadirin umat sedharma yang berbahagia,
            Setelah kita berbicara tentang pikiran dan perkataan yang baik marilah kita lanjutkan dengan bagian Tri Kaya Parisudha yang ketiga yaitu Kayika Parisudha. Kayika Parirudha artinya adalah berbuat yang benar atau yang disucikan. Dalam kehidupan ini kita mengenal antara perbuatan yang kita disadari dan perbuatan yang tidak kita sadari. Kedua perbuatan ini  tantunya pernah kita lakukan.
            Hadirin umat sedharma yang berbahagia,
            Yang mana perbuatan itu dikatakan disadari apabila perbuatan yang kita lakukan itu telah terkontrol oleh pikiran itu sendiri. Maksudnya perbuatan itu kita lakukan dengan dibawah kesadaran kita, dan kita sudah mempertimbangkan perbuatan itu sebelumnya. Sedangkan perbuatan yang tidak kita sadari maksudnya adalah perbuatan yang berada diluar pertimbangan atau kesadaran kita. Contohnya jika kita bebicara dengan seorang Pedanda bahasa yang kita gunakan adalah bahasa yang sesuai dengan Pedanda. Namun jika kita tidak mengerti tentang etika itu mungkin secara tidak sadar kata-kata atau perbuatan kita akan menyalahi aturan dan hal itu akan memalukan diri kita sendiri. Dalam ajaran agama hindu kita telah diajarkan tentang susila, oleh sebab itu perbuatan kita haruslah bercermin pada tata susila atau etika yang ada dan berkembang saat ini. Dengan kita mematuhi tatanan susila yang ada maka kehidupan yang harmonis akan kita dapatkan. Karena perbuatan itu adalah implementasi dari pikiran dan ucapan maka kita wajib dan harus selalu berusaha untuk mengontrol semua tingkah laku kita. Marilah kita menjadi orang “Dhira” atau orang yang berilmu dan berbudi pekerti yang dapat menguasai pikiran perkataan maupun perbuatan.
            Hadirin umat sedharma yang berbahagia,
            Implementasi dari ajaran Tri Kaya Parisudha selalu berpayung pada wiweka, yaitu kemampuan untuk menimbang dan membedakan antara perbuatan yang baik dengan yang buruk serta antara perbuatan yang salah dengan perbuatan yang benar. Karena tidak semua perbuatan baik itu itu benar, dan sebaliknya tidak semua perbuatan yang buruk itu salah. Contohnya bernyanyi dengan suara yang indah dan nyaring adalah baik untuk menghibur namun perbuatan itu bisa menjadi salah ketika pada saat itu tetangga kita sedang sakit parah dan suara kita mengganggunya. Jadi dengan demikian pikiran, perkataan dan perbuatan kita harus benar-benar dikendalikan dan harus bisa menyesuaikan tempat dan situasinya.
            Hadirin umat sedharma yang berbahagia,
            Dari uraian yang telah saya sampaikan, maka dapat kita simpulkan bahwa apa yang kita perbuat pasti membawa hasil itu buruk maupun baik. Bahkan berpikirpun kita akan membawa hasil. Maka dari itu kita harus menguasai pikiran, perkataan dan perbuatan kita berdasarkan dharma atau kebenaran jangan sebaliknya, pikiran atau sad ripu yang menguasai kita. Dengan menguasai dan menanamkan pedoman hidup ini dalam lubuk hati maka awighnam astu kita akan selalu memperoleh kebahagiaan dan kita akan menjadi manusia yang bijaksana.
            Hadirin umat sedharma yang berbahagia,
            Demikianlah yang dapat saya sampaikan, jika ada kurang lebihnya saya sebagai manusia biasa sepatutnya memohon maaf yang sebesar-besarnya. Akhirnya saya haturkan puja parama santi Om Santih Santih Santih Om (semoga damai di hati di dunia dan damai selalu).