TRI KAYA PARISUDHA
Om
Swastyastu,
Om
Awighnam Astu Namo Sidham,
Om
Anobaddrah krattavoyantu wiswatah,
(
Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru )
Pertama-tama, marilah kita
menghaturkan puja astungkara kepada Ida sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas asungkerta waranugrahaNya pada hari ini kita semua dapat
melaksanakan kegiatan Lomba Temu Karya Ilmiah khususnya dalam bidang dharma
wacana ini dengan keadaan yang tidak kurang suatu apapun.
Kedua, tidak lupa kita juga patut
menghaturkan puji astuti bakti kepada para Maha Rsi, Empu, dan para pujangga
serta kepada para leluhur, yang telah memberikan jalan dan tuntunan sucinya
kepada kita semua sehingga dengan bekal itu semoga kita dapat mencapai
Jagadhita dan Moksa.
Hadirin umat sedharma yang
berbahagia,
Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan Dharma Wacana
atau wacana suci tentang ajaran agama Hindu yakni dengan tema TRI KAYA PARISUDHA.
Hadirin umat sedharma yang
berbahagia,
Di zaman modern saat ini telah
banyak dikembangkan teknologi-teknologi yang bisa kita bilang sangat canggih
serta ramah lingkungan, tetapi itu akan tidak bisa disebut sebagai tehnologi ramah
lingkungan jika kecanggihan itu disalah gunakan oleh manusia itu sendiri. Perlu kita ketahui bahwa, sebenarnya di Hindu
sudah jauh lebih dulu mengenal tehnologi tersebut, hanya saja dikemas dalam
kemasan yang berbeda. Contohnya dizaman sekarang kita mengenal dengan adanya
internet, dalam internet itu banyak sekali situs-situs yang menarik perhatian
kita, bahkan ada juga orang yang hilang gara-gara situs itu, peristiwa ini
sebenarnya mirip dengan kejadian yang ada dalam cerita Itihasa yakni dalam
Ramayana, yaitu adanya pusaka yang namanya pusaka Cupu Manik Astagina milik
Dewa Surya. Yang mana dalam pusaka ini kita juga bisa melihat seluruh isi dunia
ini hanya dengan membuka tutup pusaka itu. Namun hal ini juga mengakibatkan
bencana bagi manusia.
Hadirin umat sedharma yang
berbahagia,
Sebenarnya kejadian semacam itu
tidak akan terjadi jika kita sebagai umat manusia selalau berpedoman kepada
ajaran suci Weda. Dan didalam ajaran agama Hindu kita telah diajarkan tantang
pedoman suci untuk menjalani kehidupan ini, yaitu Tri Kaya Parisudha yang
artinya tiga perbuatan yang benar atau yang disucikan. Bagian dari Tri Kaya Parisudha
ini adalah pertama, Manacika Parisudha yang artinya berpikir yang suci atau
yang benar, kedua, Wacika Parisudha yang artinya berkata yang benar, dan ketiga
Kayika Parisudha yang artinya berbuat yang benar. Maksud berpikir, berkata, dan
berbuat yang benar ini dianggap benar jika selalu mengacu pada pandangan Dharma
(kebenaran).
Hadirin umat sedharma yang
berbahagia,
Untuk lebih jelasnya saya akan
menguraikan bagian-bagian dari Tri Kaya Parusudha ini. Yang pertama adalah Manacika Parisudha. Manacika Parisudha
artinya adalah berpikir yang suci atau yang benar. Kita sebagai umat Hindu
dengan adanya pedoman hidup ini diharapkan mampu menjaga kesucian pikiran kita
yakni dengan ajaran dharma itu sendiri, sebab ada pepatah lama mengatakan “dari
telaga yang jernih mengalirlah air yang jernih pula”, maksudnya adalah jika
pikiran kita suci atau bijaksana maka perkataan dan perbuatan yang akan kita
lakukan pasti akan sejalan pula hal ini juga dijelaskan dalam sastra suci hindu
yakni didalam Sarasamuccaya sloka 79 yang berbunyi sebagai berikut :
“Manasa nicayam krtva
tato vaca vidhiyate,
Karmana pascat
pradhanam vai manastatah.”
Artinya
“pikiranlah yang merupakan unsur yang menentukan, jika penentuan perasaan hati
sudah terjadi, maka mulailah orang berkata, atau melakukan perbuatan, oleh
karena itu pikiranlah yang menjadi pokok sumbernya”.
Hadirin umat sedharma yang
berbahagia,
Jadi sloka tersebut mengandung makna
bahwa semua yang kita lakukan adalah bersumber dari pikiran kita jika kita mau
disebut sebagai orang yang bijaksana maka kita harus bisa menjaga pikiran kita
dari godaan Sad Ripu dan lain sebagainya. Jadi itulah makna dari manacika
parisudha itu sendiri.
Hadirin umat sedharma yang
berbahagia,
Selanjutnya bagian Tri Kaya Parisudha yang kedua adalah Wacika Parisudha. Wacika Parisudha
artinya berkata yang benar atau yang disucikan. Kita sebagai umat manusia yang
sudah dibekali akal pikiran harus selalu berusaha menjaga perkataan kita itu.
Sebab jika perkataan itu kalau tidak terkontrol pasti akan dapat menimbulkan
bencana baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Contoh kasus nyata yang
mungkin masih sangat kita ingat sampai sekarang yakni gara-gara banyaknya
beredar isu-isu yang tidak jelas kebenaranya menyebabkan terjadinya bentrokan
bahkan menyangkut tentang sara yaitu pasti kita tahu tentang kerusuhan yang
pernah terjadi di Lampung dan Sumbawa serta banyak lagi daerah yang lainya. Kasus
itu sebenarnya bermula karena banyaknya berita yang belum tentu kebenaranya, oknum-oknum
yang tidak bertanggung jawab telah memecah belah keharmonisan bangsa ini dengan
jalan memprovokasi kita semua. Maka dari itu saya mengajak semuanya, mari kita
jaga ucapan kita jangan sembarangan dalam berucap sebab ada pepatah mengatakan
“mulutmu harimau mu” yang bisa-bisa akan mencelakakan diri kita dan orang
banyak. Berkenaan dengan itu didalam kitab Nitisastra sargah V.3 menyebutkan
sebagai berikut :
“Wasita
nimittanta manemu laksmi,
Wasita
nimittanta pati kapangguh,
Wasita
nimittanta manemu duhka,
Wasita
nimittanta manemu mitra”.
Artinya:
Dengan
perkataan engkau akan mendapatkan bahagia,
Dengan
perkataan engkau akan menemui kematian,
Dengan
perkataan engkau mendapat kesengsaraan,
Dengan
perkataan engkau akan mendapatkan teman.
Hadirin umat sedharma yang
berbahagia,
Jadi makna yang terkandung dari
sloka yang diatas adalah perkataan itu adalah bagaikan sabetan pedang, dan
perkataan itu adalah ibarat tinta yang artinya apa yang kita ucapkan pasti akan
menimbulkan bekas atau akibat, oleh karena itu marilah kita jaga ucapan kita
untuk menumbuhkan keharmonisan diantara kita.
Hadirin umat sedharma yang
berbahagia,
Setelah kita berbicara tentang
pikiran dan perkataan yang baik marilah kita lanjutkan dengan bagian Tri Kaya
Parisudha yang ketiga yaitu Kayika
Parisudha. Kayika Parirudha artinya adalah berbuat yang benar atau yang
disucikan. Dalam kehidupan ini kita mengenal antara perbuatan yang kita disadari
dan perbuatan yang tidak kita sadari. Kedua perbuatan ini tantunya pernah kita lakukan.
Hadirin umat sedharma yang
berbahagia,
Yang mana perbuatan itu dikatakan
disadari apabila perbuatan yang kita lakukan itu telah terkontrol oleh pikiran
itu sendiri. Maksudnya perbuatan itu kita lakukan dengan dibawah kesadaran
kita, dan kita sudah mempertimbangkan perbuatan itu sebelumnya. Sedangkan
perbuatan yang tidak kita sadari maksudnya adalah perbuatan yang berada diluar
pertimbangan atau kesadaran kita. Contohnya jika kita bebicara dengan seorang
Pedanda bahasa yang kita gunakan adalah bahasa yang sesuai dengan Pedanda.
Namun jika kita tidak mengerti tentang etika itu mungkin secara tidak sadar kata-kata
atau perbuatan kita akan menyalahi aturan dan hal itu akan memalukan diri kita
sendiri. Dalam ajaran agama hindu kita telah diajarkan tentang susila, oleh
sebab itu perbuatan kita haruslah bercermin pada tata susila atau etika yang
ada dan berkembang saat ini. Dengan kita mematuhi tatanan susila yang ada maka
kehidupan yang harmonis akan kita dapatkan. Karena perbuatan itu adalah
implementasi dari pikiran dan ucapan maka kita wajib dan harus selalu berusaha
untuk mengontrol semua tingkah laku kita. Marilah kita menjadi orang “Dhira” atau orang yang berilmu dan
berbudi pekerti yang dapat menguasai pikiran perkataan maupun perbuatan.
Hadirin umat sedharma yang
berbahagia,
Implementasi dari ajaran Tri Kaya
Parisudha selalu berpayung pada wiweka, yaitu kemampuan untuk menimbang dan
membedakan antara perbuatan yang baik dengan yang buruk serta antara perbuatan
yang salah dengan perbuatan yang benar. Karena tidak semua perbuatan baik itu
itu benar, dan sebaliknya tidak semua perbuatan yang buruk itu salah. Contohnya
bernyanyi dengan suara yang indah dan nyaring adalah baik untuk menghibur namun
perbuatan itu bisa menjadi salah ketika pada saat itu tetangga kita sedang
sakit parah dan suara kita mengganggunya. Jadi dengan demikian pikiran,
perkataan dan perbuatan kita harus benar-benar dikendalikan dan harus bisa
menyesuaikan tempat dan situasinya.
Hadirin umat sedharma yang
berbahagia,
Dari uraian yang telah saya
sampaikan, maka dapat kita simpulkan bahwa apa yang kita perbuat pasti membawa
hasil itu buruk maupun baik. Bahkan berpikirpun kita akan membawa hasil. Maka
dari itu kita harus menguasai pikiran, perkataan dan perbuatan kita berdasarkan
dharma atau kebenaran jangan sebaliknya, pikiran atau sad ripu yang menguasai
kita. Dengan menguasai dan menanamkan pedoman hidup ini dalam lubuk hati maka
awighnam astu kita akan selalu memperoleh kebahagiaan dan kita akan menjadi
manusia yang bijaksana.
Hadirin umat sedharma yang
berbahagia,
Demikianlah yang dapat saya
sampaikan, jika ada kurang lebihnya saya sebagai manusia biasa sepatutnya
memohon maaf yang sebesar-besarnya. Akhirnya saya haturkan puja parama santi Om
Santih Santih Santih Om (semoga damai di hati di dunia dan damai selalu).
sukses.....
BalasHapusPengertian Dasa Mala
BalasHapusDasa mala merupakan salah satu bentuk dan dari asubha karma. Dasamala merupakan sumber dari kedursilaan, yaitu bentuk perbuatan yang bertentangan dengan susila, yang cenderung pada kejahatan. Dosa bersumber dari kebingungan yang membangkitkan sifat rajah dan tamas.
2. Bagian-bagian Dasa Mala
Tandri, artinya orang yang malas, suka makan, dan tidur saja. Tidak tulus hanya ingin melakukan kejahatan.
Kleda, artinya berputus asa, suka menunda dan tidak mau memahami maksud orang lain.
Leja, artinya berpikir gelap, bernafsu besar, dan gembira melakukan kejahatan.
Kutila, artinya menyakiti orang lain, pemabuk dan penipu.
Kuhaka, artinya pemarah, suka mencari-mencari kesalahan orang lain, berkata sembarangan, dan keras kepala.
Metraya, artinya berkata menyakiti hati, sombong, iri, dan suka menggoda istri orang.
Megata, artinya berbuat jahat, berkata yang manis tetapi pamrih.
Ragastri, artinya bernafsu dan suka memperkosa.
Bhaksa Bhuana, artinya suka menyakiti orang lain, penipu dan hidup berfoya-foya melewati batas.
Kimburu, artinya penipu dan pencuri terhadap siapa saja tak pandang bulu, pendengki dan irihati.